Nilai-Nilai yang Terkandung pada Sila Pertama dalam UUD 1945

Sila Pertama dalam UUD 1945

VADCOY – Sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila prinsipnya menerangkan bahwa bangsa Indonesia dan setiap negara harus mengakui adanya Tuhan. Oleh karena itu, setiap orang bisa menyembah Tuhannya sesuai dengan keyakinannya masing-masing.

Segenap masyarakat Indonesia mengamalkan agamanya dengan cara yang berkeadaban, yaitu hormat dan menghormati satu sama lain. Negara Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya.

Negara Indonesia adalah satu negara yang ber-Tuhan. Dengan demikian, segenap agama yang ada di Indonesia mendapat tempat dan perlakuan yang sama dari negara.

Nilai-Nilai pada Sila Pertama

Sila yang pertama ini menekankan fundamen etis-religius dari negara Indonesia yang bersumber dari moral ketuhanan yang diajarkan agama-agama dan keyakinan yang ada. Hal ini juga merupakan pengakuan akan adanya berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Tanah Air Indonesia.

Tentunya kemerdekaan negara Indonesia dengan rendah hati diakui “Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa”. Dengan adanya pengakuan tersebut, untuk mewujudkan suatu kehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, mengandung kewajiban formal.

Kewajiban etis yang harus dipikul dan dipertanggungjawabkan oleh segenap bangsa bukan hanya dihadapan sesamanya, tetapi di hadapan Tuhan Yang Maha Esa juga.

Dengan menyertakan moral sebagai dasar negara, Pancasila memberikan dimensi transendental pada kehidupan politik serta mempertemukan dalam hubungan simbiosis antara daulat Tuhan dan daulat rakyat.

Pancasila juga membawa kehidupan kebangsaan dan kenegaraan terangkat dari tingkat sekular ke tingkat moral atau sakral. Di sini, terdapat rekonsiliasi antara tendensi ke arah sekuralisasi dan sakralisasi.

Dengan menggunakan wawasan ketuhanan, diharapkan dapat memperkuat etos kerja karena kualitas kerjanya ditransendensikan dari batasan hasil kerja materialnya. Oleh karena itu, teologi kerja yang transendental memberi nilai tambah spiritual.

Hal itu tentunya memperkuat motivasi di satu pihak dan pihak lain memperbesar inspirasi dan aspirasi warga negara. Dengan menggunakan wawasan teosentris, kita dituntut untuk pandai menjangkarkan kepentingan kepada nilai dalam politik.

Atas dasar itu, maka setiap warga negara Indonesia dianjurkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan menurut agama dan keyakinannya masing-masing. Terdapat pula keyakinan yang positif, bahwa meskipun terdapat berbagai macam agama dan keyakinan, misi profetis agama-agama memiliki pertautan etis-religius dalam memuliakan nilai-nilai kemanusiaan.

Bukan hanya kemanusiaan saja, tetapi persatuan, kerakyatan dan keadilan, yang mendorong warga negara untuk mengembangkan nilai-nilai ketuhanan yang lapang dan toleran. Sila pertama dijadikan fundamen etis kehidupan bangsa Indonesia, yang menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang beradab.
Baca juga:  27 Larangan Guru saat Mengajar di dalam Kelas (Episode 3)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *